Soneta formasi III(1983-1989


Artikel Berita Kiriman dari mas Noer_MN

Soneta formasi III(1983-1989)
Rhoma Irama      :lead guitar/vocal
Noerhalimah       : Vocal
H.Nasir              : Mandolin
H.Hadi               : Suling
H.Popong           : Bass
H.Hafif                : Gendang/Drum
H.Riswan           : Organ/keyboaard/synhthesiser
H.Wempy             : Guitar 2
H.Nasir              : Mandolin
Dadi                  : Brass Section
Farid                 : Brass section
Yanto                : Brass Section

Album : Volume 13 (Emansipasi Wanita-Soneta Record)
Soundrack film  Pengorbanan (Sokha Record)
Soundtrack film Satria Bergitar (Naviri)
Soundtrack film Cinta Kembar (Naviri)
Soundtrack film Pengabdian (Naviri)
Live Show in Tambaksari Surabaya (Yukawi)

Lomba Cipta Lagu Dangdut Nasional (Soneta Record)
Soundtrack film Kemilau Cinta dilangit Jingga (Soneta)
yg terdiri dari 3 versi kaset, yaitu Album STOP, Single
Persaingan dan satu kaset Soundtrack lengkap)
Soundtrack film Menggapai Matahari I-II (Asia Arga
Abadi Record)
Renungkan (Soneta Record)
Kabar dan Dosa (HRS Record)
Soundtrack film Nada-Nada Rindu (MSC)
Volume 14 (Judi) MSC Record

catatan :
Kesuksesan Soneta tidak tertandingi oleh grup  musik manapun. Soneta merajai industri hiburan (musik dan film) walaupun tidak diperkenankan tampil di TVRI dan dipersulit ijin show dimana-mana. Akibat dari kemasyuran Rhoma Irama dan Soneta bermunculanlah plagiat2. Mara Karma dengan Kharismanya (Resesi), Nano Romanza dengan Rolista (Halilintar), Uci Marshall dengan Sanita (Dunia ; dulu didirikan oleh Herman dan Kadir ex Soneta), Iin Batara dan masih banyak lagi plagiat2 yang tampil mencuri kesempatan dikala Rhoma dan Soneta jarang tampil. Namun yang namanya plagiat pasti tidak akan bertahan lama. Plagiat2 tersebut hanya mampu bertahan satu dua tahun saja. Rhoma dan Soneta adalah emas murni bukan sepuhan. Lucu juga melihat banyak penyanyi dangdut berjenggot dan berjubah meniru Rhoma dan Soneta, namun tidak diimbangi dengan kwalitas lagu dan aransemen musik yang baik. Satu2nya group dangdut yang juga cukup sukses saat itu adalah Tarantula dengan Camelia Malik dan Reynold
Pangabean. Ini bisa terjadi karena Tarantula membuat trend dangdut tersendiri tidak mencontek Soneta (Kadir dan Herman ex Soneta juga sempat bergabung disini).
Dalam industri film Rhoma Iramapun sukses besar. Film Sebuah pengorbanan berhasil memperoleh penghargaan sebagai film terlaris bersama-sama dengan film Warkop DKI (sampai saat ini film lawas Rhoma dan Warkop DKI masih kerap diputar di TV Swasta).
Dibidang musik Soneta memperkaya orkestrasi musiknya dengan memasukkan alat musik tiup (Trompet) untuk mempertebal dan memperlebar wilayah suara. Boleh dikatakan ini Revolusi ke II dibidang musik dangdut. Dangdut Soneta semakin membuat perbedaan dengan dangdut2 lainnya. Mansyur S, Meggy Z, A.Rafiq masih asyik dengan buaian musik India, tetapi Soneta menerjang jauh merombak musik dan memodernisasi instrumen2nya.

Tahun 1984 untuk pertamakalinya Noer Halimah bergabung bersama Soneta sebagai vokal pendamping. Soundrack film Satria Bergitar adalah debut awalnya dengan satu lagu Pesona. Film Satria Bergitar sendiri merupakan film termahal saat itu dengan biaya sekitar 750 juta padahal ukuran standar film2 nasional berkisar antara 150-200 juta saja. Ini juga merupakan film Indonesia pertama yang menggunakan tata suara Dolby Stereo dari Australia.

Album Emansipasi Wanita (Volume13) adalah album perdana yang diproduksi oleh Soneta Record milik Rhoma pribadi setelah mengakuisisi Studio Yukawi. Album ini bagi saya adalah album terbaik Soneta. Unsur musiknya kuat, lirik2nya pun sarat makna. Emansipasi Wanita, Modern, Nasib Bunga, Lagi-lagi Cinta dan Nilai Sehat adalah lagu-lagu  yang dikumandangkan dalam album tersebut.

Tahun 1984, tepatnya tangal 12 SEptember terjadi peristiwa Priok Berdarah. Sebuah peristiwa yang terjadi sebagai eskalasi puncak dari pertentangan pemerintah dengan kalangan Islam. Pemerintah menetapkan asas tunggal, sebagian kalangan Islam menolak keras. Apa hubungannya dengan Rhoma dan Soneta? Saat itu Rhoma boleh dikatakan berada dalam kalangan yang menolak penerapan asas tunggal, apalagi Rhoma berkawan karib dengan Alm. Amir Biki, tokoh peristiwa tersebut. Dan konon Rhoma sempat ikut diperiksa oleh LAKSUSDA Jaya. Namun akhirnya Rhoma mendapat surat clearance dari LAKSUSDA Jaya I(kala itu Pangdamnya Jendral Try Sutrisno). Dan sebagai bukti bersihnya Rhoma, Soneta tampil menghibur dalam Ulang Tahun KODAM Jaya. Dengan seragam loreng Soneta menggebrak Lapangan Makodam di Cililitan.

Saat shooting film Pengabdianpun sempat terganggu dengan ditemukannya bubuk mesiu disalah satu diesel yang digunakan untuk keperluan shooting tersebut.

Diawal-awal tahun 1985, publik dikagetkan dengan berita perceraian Rhoma dengan Veronica dan sekaligus pernikahan Rhoma dengan Ricca Rachim. Sontak terjadi perdebatan pandangan para penggenar antara pro dan kontra. Teman-teman sayapun banyak yang emosi dan melampiaskannya dengan membakar semua koleksi album2 Sonetanya (tapi sekarang pada nyesel tuh). Untung saya tidak terlalu emosional dengan hal tersebut, koleksi2 Soneta saya utuh sampai sekarang. Mengapa demikian? Karena saya menyukai dan mengapresiasi musik Soneta tidak melihat Rhoma Irama sebagai pribadi. Saya lebih mengagumi kemampuan beliau dan Soneta dalam membidani sebuah musik dangdut yang dulunya kampungan menjadi sebuah musik yang sangat dahsyat dan membawa pencerahan dalam industri musik Indonesia bahkan boleh dikatakan menjadi bagian dari sejarah musik Indonesia.

Polemik tersebut tidaklah berlangsung lama. Soneta tetap tegar mengukuhkan eksistensinya dibidang hiburan musik. Bahkan Majalah Asiaweek Edisi ke16, Agustus 1985 menobatkan Rhoma Irama dan Soneta sebagai SOuth Easth Asia Superstar (Suoerstar Asia Tenggara). Dengan memuat liputan pertunjukan Soneta di Kuala Lumpur. (Rhoma dan Soneta ke Kuala Lumpur dalam rangkaian Pesta Kebudayaan Malaysia).

Salah satu pertunjukan kolosal yang memecahkan rekor penonton terbanyak adalah pertunjukan tunggal Soneta di Parkir Timur Senayan tanggal 18 Agustus 1985. Lebih dari 100.000 penonton menghadiri pertunjukan tersebut. Ini hampir bisa disamai dengan rekor pertunjukan Rock Merah Putih ditempat yang sama namun dengan menampilkan lebih dari 40 group musik. (Bandingkan dengan Soneta yang hanya tampil tungal). Juga pertunjukan Soneta di Tanjungkarang (Lampung) selama 3 malam berturut-turut dan setiap malamnya dikunjungi tidak kurang dari 40.000 penonton (harian KOMPAS).

Tahun 1988 Soneta kembali diperkenankan tampil di TVRI dengan hit Judi. (saya memcatat hanya 2 kali ditayangkan yaitu di acara Kanera Ria dan Album Minggu ini).

Bersambung…..

Soneta formasi II (1976-1982)


Artikel Berita Kiriman dari mas Noer_MN

Soneta formasi II (1976-1982)
Rhoma Irama      :lead guitar/vocal
Rita Sugiarto       : Vocal
H.Nasir                  : Mandolin
H.Hadi                    : Suling
H.Popong              : Bass
H.Hafif                    : Gendang/Drum
H.Riswan                : Organ/keyboaard/synhthesiser
H.Wempy               : Guitar 2
H.Nasir                     : Mandolin
Album                        : Volume 6 (135.000.000-yukawi)
Volume 7 (santai-Naviri)
Volume 8 (Hak Asasi-Yukawi)
Volume 9 (Begadang 2-Yukawi)
Volume 10 (Sahabat-Yukawi)
Volume 11 (Indonesia-Yukawi)
Volume 12 (setetes air hina-Yukawi)
Soundtrack film Penasaran (Yukawi)
Soundtrack film Gitar Tua (YUKAWI)
Soundtrack film Darah Muda (Yukawi)
Soundtrack film Begadang (YUkawi)
Soundtrack film Berkelana 1 (Yukawi)
Soundtrack film Berkelana 2 (Naviri)
Soundtrack film Perjuangan dan Doa (Yukawi)
Soundtrack film Raja Dangdut (Naviri-vocal with Ida Royani)
Soundtrack film Camelia (Naviri)
Soundtrack film Cinta Segitiga (Naviri)
Soundtrack film Melody Cinta (Naviri)
Soundtrack film Badai diawal Bahagia (Yukawi)
Single PEMILU

10 lagu terbaik Lomba Cipta Lagu Dangdut se Jabotabek
( hits Tak Berdaya cipt. Junaidi Syam)
catatan : Tahun-tahun ini merupakan tahun terdahsyat bagi Soneta. Revolusi dangdut yang semakin mengeksiskan Soneta jauh meninggalkan musisi-musisi Indonesia saat itu baik Dangdut, Pop maupun Rock. Pada Volume 8 Rhoma Irama melengkapi dirinya dan Soneta dengan peralatan musik terbaru, perhatikan sound gitar Rhoma Irama yang sangat berbeda dengan sound pada album-album sebelumnya, begitupun raungan organ H.Riswan dengan organ Hammond dan Farfisa. Soneta mengawinkan sound hard rock Deep Purple dengan musik melayu Soneta dan berhasil ! . Hampir seluruh Album Soneta memperoleh penghargaan Golden Record (kalau sekarang platinum award dari masing-masing label). Lagu2 Soneta mewabah disetiap radio2 swasta, bahkan Soneta dengan lagu Haram terpilih mewakili Indonesia dalam Asean Pop Song Festival di Manila. Kesuksesan Soneta saat itu membuat merah muka pemerintah orde baru. Mengapa demikian? Dukungan Rhoma dan Soneta pada PPP pada pemilu 1977 dan 1982, suka tidak suka ataupun mau
diakui atau tidak telah memenangkan PPP untuk wilayah DKI Jakarta mengalahkan partai pemerintah yaitu GOLKAR. Saat itu Soneta kerap tampil dalam ajang kampanye PPP. Apalagi Rhoma tampil sebagai jurkam di TVRI tahun 1982 (sejak tahun 1977 Soneta sudah dilarang ditampilan di TVRI dengan alasan yang kurang jelas). Lagu Laa ilaha Ilallah dalam soundtrack film Raja Dangdut sempat mengundang polemik yang membawa Rhoma diundang ke Masjid Al Azhar untuk menghadap MUI mengenai lafaz Surah Al Ikhlas pada awal lagu tersebut. Alhamdulillah KH Syukri Gozali (Ketua MUI saat itu) menyatakan bahwa setelah dipelajari ternyata lagu ini tidak bermasalah dan beliau malah berpesan kepada Rhoma untuk terus menciptakan lagu2 bernafaskan Islam lebih banyak lagi. Sandungan bukan hanya pada lagu itu saja, tetapi Album Soundtrack Cinta Segi Tiga pun sempat bermasalah dikarenakan Rhoma telah mengucapkan hadits Nabi SAW secara terbalik pada intro lagu LIMA. Hal ini mengakibatkan Naviri selaku label
harus menarik album yang sudah terlanjur beredar dan menggantinya dengan album yang telah direvisi pada kesalahan pengucapan tersebut.

Tahun 1976-1982 merupakan gebrakan awal revolusi dalam musik dangdut. Rhoma Irama mengikrarkan Soneta sebagai The Sound of Moeslim dan voice of Islam. Sebuah langkah berani yang tentu saja menimbulkan banyak pro dan kontra, baik dari kalangan ulama maupun musisi melayu.
Tahun 1979 semua personil Soneta memunaikan ibadah haji dan bertepatan itu pula diluncurkan Soneta Girl dengan pimpinan Hj.Veronika. Sejak itu penampilan pakaian show Soneta tidak lagi seperti sebelumnya dengan celana ketat dan sepatu lars tetapi lebih kepada Muslim Look dengan baju longgar dan selendang atau syal.
Rhoma dihujat telah memperjualbelikan agama, bahkan film Perjuangan dan Doa harus terlebih dahulu dipertontonkan untuk dikaji oleh MUI sebelum diedarkan. Dengan polemik yang panjang akhirnya semua masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik. KH.Idham Chalid dari NU mengatakan apa yang dibawakan Rhoma sah2 saja, KH Syafii Hadzami lebih halus dengan mengatakan itu tergantung dari niat pribadi masing-masing. Kejadian2 mengenai pro kontra ulama dan termasuk kasus lagu Laa ilaha illallah serta hadits terbalik dalam lagu LIMA dijawab oleh Rhoma dalam salah satu scene film Perjuangan dan Doa. Boleh dikatakan Film Perjuangan dan Doa merupakan pledoi Rhoma Irama atas kasus2 tersebut (adegan saat diskusi di sekolah Laila).
Dan para musisi melayu beranggapan bahwa Soneta telah memperkosa musik melayu sebagai ibu kandung musik dangdut, apalagi Rhoma Irama pada tahun2 tersebut senpat mengeluarkan album POP dengan judul Remaja. Namun perkembangan selanjutnya para musisi melayu sendiri akhirnya berbondong-bondong berkiblat mengikuti jejak musik Soneta. Atas keberhasila Soneta, BIll H Frederick, seorang Sosiolog dan Dosen OHIO University, Amerika Serkat membuat tesis tentang Rhoma dengan judul : Rhoma Irama and The Dangdut Style.
Tahun 1982 merupakan tahu terakhir Rita Sugiarto bergabung dengan Soneta. Ia mengundurkan diri dan membentuk Group Jackta dengan Jacky Zimah, suaminya dan melontarkan hits Jacky. Pengalaman yang diraihnya selama bergabung dengan Soneta membawa banyak hikmah bagi Rita. Ia tidak menyia-nyiakan ilmu yang diperolehnya dari Soneta dan Rhoma Irama. Ini yang membuatnya tetap eksis hinga saat ini.
Atas pengunduran diri ini, Rhoma Irama menjadi penyanyi solo tanpa pendamping. Untuk Album 11 (Indonesia) Soneta menggamit Nandhani penyanyi dari India untuk membawakan duet Sawan Kam Hina dan Main Tulsi Tere Anganki yang dirubah syairnya kedalam bahasa Indonesia menjadi lagu Jangan lagi dan Takkan Lagi. Dan untuk pertamakalinya dalam rekaman kaset Soneta, album ini dibuka dengan sapaan Rhoma Irama kepada para pengemarnya.
Volume 11 semakin mengentalkan rasa kritis Rhoma terhadap keadaan bangsa saat itu, bahkan sampai saat ini. KKN yang begitu merata disemua bagian birokrasi pemerintah begitu tergambar dengan gamblang dalam lagu Indonesia.
Untuk pertamakalinya pada volume 12 (setetes air hina) album Soneta tidak didampingi vokalis Wanita. Album ini berisi 4 lagu yang sangat sarat dengan dakwah tetapi dengan iringan musik yang sangat enerjik. Perhatikan ketukan gendang H.Hafif dalam Album tersebut(terutama lagu setetes air hina dan Al Quran dan Koran), sampai saat ini belum ada yang menyamainya. Dan untuk petamakalinya pula album ini diberi sub judul Renungan dalam Nada. Dalam album ini ada beberapa bagian bass yang dimainkah oleh Lucy Anggoman, bassist Soneta Girl, karena kebetulan H.Popong sedang mengalami cedera.

Soneta Formasi I (1973-1975)


Artikel Berita Kiriman dari mas Noer_MN

Soneta Formasi I (1973-1975)
Oma Irama          : Guitar/vocal
Elvie Sukaesih     : Vokal
Herman               : Bass
Kadir                   : Gendang
Ayub                   : Tamborin
Riswan                : Organ
Hadi                    : Suling
Nasir                   : Mandolin
Wempy               : gitar

Album :- Volume 1 (Begadang-Yukawi)
– Volume 2 (Penasaran-Yukawi)
– Volume 3 (Rupiah-Yukawi)
catatan : Sebenarnya sejak kurun waktu thn 71-73 Soneta telah didirikan oleh Oma Irama tetapi para personilnya belum tetap, sebagian dari personil OM PURNAMA pimpinan Awab Haris. Dan Album2 Sonetapun sebelum Volume 1 (Begadang) yang merupakan album pertama Soneta dibawah label Yukawi sudah sangat banyak sekali, terutama saat bergabung di Remaco dan label lainnya namun album-album tersebut tidak diberi judul hanya dicantumkan OM SONETA pimpinan Oma Irama, album2 tersebut banyak sekali memuat hit2 Soneta yang abadi sampai saat ini seperti Mandul, Malam Minggu, Dangdut, Pelangi, Cinta Abadi, Cincin Kawin, Ke Monas, dan masih banyak lagi. Juga ada album Pemburu yang didalamnya ikut mengisi Vocal Almarhum Hj. Veronica duet dengan Oma Irama pada lagu Cinta Buta. Album Begadang merupakan kaset Indonesia pertama yang mencantumkan lirik lagu dalam sampul kasetnya. Tahun 1975 Elvie Sukaesih mengundurkan diri dari Soneta dengan beberapa alasan prinsipil. Lagu begadang sempat pula
dinyanyikan oleh group band Favourites yang dipimpin oleh A.Riyanto dg vokalis Mus Mulyadi
Sebelum rilis Volume 3 Oma Irama menunaikan ibadah haji. Ada kejadian bahwa master volume 3 sempat dijual oleh seorang kerabat Oma Irama kepada Remaco dan sempat diedarkan dengan vokal Nanang Kosim dengan judul lagu diubah yaitu Rupiah menjadi uang, Hello-hello menjadi apa kabar dan Birahi menjadi Nafsu. Hal inilah yang menjadi puncak perseteruan antara Oma Irama/Yukawi dengan Remaco (label Oma dan Soneta sebelumnya).

Soneta Formasi II (1975-1976)
Rhoma Irama       : Lead Guitar/vocal
Rita Sugiarto       : Vocal
Herman               : Bass
Kadir                   : Gendang
Ayub                   : Tamborin
Hadi                    : Suling
Nasir                   : Mandolin
Riswan                :Organ
Wempy               : Guitar2
Album                 : Volume 4 (Darah Muda-Yukawi)
Volume 5 (Musik-Yukawi)

catatan : Volume 4 ini merupakan album pertama sepulangnya Oma Irama dari tanah suci dan merubah namanya menjadi Rhoma Irama. Penampilan Rhoma-pun berubah total. Rambut dipotong pendek dan kerap menggunakan surban. Album ini juga merupakan album pertama di Indonesia yang memberikan hadiah poster besar seukuran jendela rumah.
Dialbum ini pula musik Soneta mulai berafiliasi he hard rock (Pak Haji lebih suka menyebutnya Dynamic Dangdut). Pada Interlude mulai banyak diisi oleh petikan melody guitar listrik Rhoma Irama (bandingkan dengan volume2 sebelumnya yang lebih jinak dari segi musik).
Album ini juga merupakan album terakhir bagi Kadir dan Herman (tapi Herman masih sempat mengisi di VI) bergabung dalam Soneta. Perbedaan prinsip membuat mereka harus berpisah. (Alhamdulillah tahun 2003 Herman bergabung lagi)