Info Soneta : Muhamad Nur
Scene 20
Int. Siang hari : Aula Attahiriyah
Pelaku : KH ALWI, RHOMA, LAILA, AHMAD Cs, FIGURAN
Pertama camera mendapatkan FS para pelajar laki2 dan perempuan yang duduk dengan teratur kemudian camera panning menyelusuri aula tersebut, hingga pada suatu sudut camera menangkap KH Alwi dengan beberapa ulama duduk pada deretan tersendiri. Kemudian CUT TO mendapatkan MCU Rhoma, selanjutnya camera track back sampai mendapatkan Rhoma, UstadzAnwar dan beberapa ustadz lainnya (FS). Insert : M.C.U Laila yang berdebar-debar. CUT TO Achmad sedang kasak kusuk, rupanya mereka sedang menyusun pertanyaan2
KH ALWI :
(CU) Ustadz Anwar silakan dimulai.
(Ustadz anwar yang rupanya bertindak sebagai Moderator dalam diskusi itu, segera menaiki mimbar.)
USTADZ ANWAR :
Almuhtarom KH Alwi, para alim ulama yang kami muliakan dan para hadirin yang berbahagia, adapun tujuan diskusi kita pada hari ini, adalah membicarakan kedudukan musik dalam hukum Islam khususnya musik Soneta dibawah pipimpinan Rhoma. Untuk menambah pengetahuan kita, dengan catan bil hikmah. Dan kami mohon agar para hadirin sudi mentaaati peraturan2 tanya jwab nanti sebagai berikut :
Pertama, setiap penanya hanya diberikan kesempatan satu pertanyaan. Kedua, apabila terjadi pertentangan kita harus kembali kepada Al Quran dan Hadits. Ketiga, selama dialog berlangsung kami harapkan para hadrin supaya tenang.
(Kemudian Ustadz Anwar menoleh kepada Rhoma)
USTADZ ANWAR :
Bagaimana bung Rhoma, bisa dimulai?
RHOMA :
Silakan
USTADZ ANWAR :
Nah, para hadirin dengan bismillah kita mulai acara ini, silakan…
(Maka camera mendapatkan Husen diantara pelajar2 mengacungkan tangannya)
USTADZ ANWAR :
Kepada Saudara Husen, kami persilahkan.
(Maka Husenpun bangkit menuju mimbar. Setelah memberi hormat kepada KH Alwi dan para ulama)
HUSEN :
Assalamualaikum Wr Wb. Pertanyaan saya adalah dalam lagu LAA ILLAHA ILLALLAH Saudara Rhoma telah berani mendendangkan ayat2 suci Al Quran dengan musiknya yang membuat penggemarnya cenderung untuk berjoget. Jadi dengan menempatkan ayat2 suci yang tidak pada tempatnya itu, jelas Rhoma Irama telah merendahkan Firman Allah. Yang saya ingin tau apa dalil2 bung Rhoma tentang hal itu. SEkian.
(Kemudian Husen menuruni mimbar dan kembali ketempat duduknya semula. Sementara terdengar riuh kecil dari para hadirin yang menanggapi pertanyaan Husen).
USTADZ ANWAR :
(sambil mengetuk2an palu diatas meja). Para hadirin diharap tenang. Kepada Saudara Rhoma Irama waktu dan tempat kami persilahkan.
RHOMA :
Asslamualaikum WR Wb. jawaban saya atas pertanyaan saudara…
PARA PELAJAR :
Husen…
RHOMA :
Ya, saudara Husen..adalah sebagai berikut, saya tidak merasa mendendangkan Surat Al Ikhlas didalam lagu LAA ILAAHA ILLALLAH dengan musik dangdut. Justru Surat Al Ikhlas saya tempatkan pada intro lagu, sedangkan yang saya iringi dengan beat musik adalah terjemahannya. Kedua, menanggapi pendapat saudara Husen bahwa saya telah menempatkan Firman Allah didalam musik untuk berjoget, itu bukan tujuan saya. SEandainya ada penggemar yang berjoget dengan lagu LAA ILAAHA ILLALLAH, itu adalah kekhilafan sipenggemar tadi dalam menerima lagu LAA ILAAHA ILLALLAH. SEkian semoga saudara puas dengan jawaban saya.
(Kembali camera mendapatkan para pelajar yang riuh sekali. Insert Laila merasa puas.Insert Achmad yang cemburu. Kali ini camera kembali mendapatkan moderator menenangkan para hadirin.)
MODERATOR :
Sekali lagi kami mohon para hadirin agar bisa tenang. Nah kita lanjutkan pada pertanyaan yang berikutnya.
(Kali ini dengan serempak beberapa orang hadirin mengacungkan tangan)
MODERATOR :
Kesempatan kedua kami berikan kepada….saudara Said. Waktu dan tempat kami persilakan.
SAID :
(SEtelah menaiki mimbar) Assalammualaikum Wr Wb. Didalam lagu LIMA, saudara RHoma Irama telah membacakan sebuah hadits Nabi. Tapi ternyata Rhoma Irama telah memutar balikkan hadits tersebut. Pertanyaan saya adalah, apa tujuan Rhoma dengan pemutar balikkan itu.
(Kembali camera mendapatkan Laila yang tegang. Insert KH Alwi dengan para ulama yang semakin serius mengikuti acara itu.
RHOMA :
Terima kasih atas pertanyaan saudara. Alhamdulillah, saya tidak merasa “MEMUTAR BALIKAN” hadits tersebut. Karena kalu “MEMUTAR BALIKAN” itu berarti ada maksud2 tertentu untuk menyimpangkan tujuan daripada Sabda Nabi. Tetapi yang benar, saya “TERBALIK” mengucapkan dua buah kata pada baris ketiga dari hadits itu. Saya mengatakan, SYUGH”LAKA QABLA FAROO GHIKA sedangkan yang benar adalah FAROOGHOKA QOBLA SYUGHLIKA yang maksudnya, gunakanlah waktu luang kamu sebelum datang kesibukanmu. Jadi terbaliknya hadits itu jelas tidak merubah aqidah atau Syariat Islam. Jelasnya “MEMUTAR BALIKAN” itu tidak sama dengan “TERBALIK”, sebagai manusia saya tidak luput dari sabda Nabi yang berbunyi AL INSANU MAHALUL CHOTO’U WANNISYAN bahwa manusia itu tempat khilaf dan lupa. Dan Alhamdulillah dalam rekaman yang selanjutnya susunan yang terbalik itu, sudah saya perbaiki. SEkian jawaban saya.
(Rupanya suasana diskusi kian lama ian hangat juga. Yang ternyata jawaban2 Rhoma cukup memuaskan segenap hadirin. Diantara murid2 yang pro Rhoma, ada juga yang tidak bisa menahan emosinya, bertepuk tangan. Rupanya Moderator yang sudah bosan menenangkan suasana, langsung saja melanjutkan acara tersebut.
MODERATOR :
Kita lanjutkan. Msih ada yang mau bertanya ?
(Kalii ini dengan bersemangat Ahmad mengacubgkan tangannya, kenudian dipersilahkan oleh Moderator untuk menaiki Mimbar. Mungkin karena begitu semangatnya, Achmad lupa mengucapkan salam dia langsung saja berbicara.)
ACHMAD :
Kita tadi telah sama2 mendengarkan dua buah pertanyaan yang sudah dijawab oleh saudara Rhoma dengan cukup memuaskan, tapi kali ini saya ada usul kepada saudara moderator untuk berdialog langsung dengan saudara Rhoma Irama, mengingat pertanyaan saya ini agak panjang. Bagaimana saudara moderator ?
(Hadirin menajdi riuh, mereka antusias sekali dengan apa yang akan terjadi. SEmentara Laila semakin berdebar2, dia khwatir kalau Rhoma tidak mampu menjawab pertanyaan2 yang akan dilancarkan oleh Achmad. Moderator dengan bergegas menghampiri KH Alwi untuk meminta pendapatnya. Kelihatan KH ALwi mengabulkan usul Achmad).
MODERATOR :
(Setelah diatas mimbar) Baiklah para hadirin,usul saudara Achmad kami terima. Dan bagaimana saudara Rhoma ?
(Rhoma Irama memberikan isyarat setuju)
ACHMAD :
Baik. Tentunya saudara sudah membaca suatu berita di surat kabar bahwa saudara telah mengkomersilkan agama…bagaimana pendapat saudara ?
(Insert ; suasana hadirin yang tegang)
RHOMA :
Innamal A’malu Binniah. Perbuatan manusia tergantung niatnya. Dan tidak ada seorangpun yang tahu apa niat saya, kecuali Allah dan saya sendiri. Jadi kalau ada yang mengatakan saya mengkomersilkan agama, itu alah suatu dugaan….bukan suatu kepastian.
ACHMAD :
OK…SEkarang coba jelaskan apa niat saudara dengan membawa-bawa agama kedalam musik?
(Insert : Laila, para hadirin, KH Alwi yang semakin tegang)
RHOMA :
Musik dalam pandangan saya bukan hanya sekedar hiburan saja, atau sebagai bunyi2an pengiring tari2an tetapi ternyata musik itu bisa digunakan sebagai sarana da’wah yang ampuh sekali. Pada umumnya manusia itu berat sekali untuk menghadiri Majelis Ta’lim. Apalagi anak-anak muda. Merewka lebih gandrung kepada hiburan-hiburan misalnya saja musik. Nah, melalui kesenangan mereka itulah saya seru mereka ke jalan Allah.
(SAmpai disini hadirin yang pro kepada Rhoma dengan spontan menyambut argumentasi Rhoma dengan tepukan tangan dan yel2. Inert Laila yang mennggenang air mata terharu.)
RHOMA :
Yang kedua, mungkin saudara2 masih ingat, ditahun yang silam bagaimana kebudayaan Barat begitu mempengaruhi pemuda2 kita melalui musik2 mereka. Sehingga yang namanya kesenian saat itu betul2 merupakan terompet setan, yang jauh dari agama dan Ketuhanan. Nah, kemunculan SONETA adalah, justru untuk mengimbangi kebudayaan Barat yang melanda itu..
Dikutip dari Naskah Skenario asli Film : PERJUANGAN DAN DOA yang ditulis sendiri oleh Rhoma Irama tahun 1979.
Demikianlah, Rhoma dengan begitu pintarnya memasukkan argumentasinya akan semua pertanyaan, cercaan dan hujatan yang ditujukan pada dirinya dalam skenario film tersebut.
(Rhoma Irama-Soneta Group: Satu Bab Dalam Sejarah Musik Indonesia, halaman 44-46/Muhamad Nur)