DANGDUT Go Internasional!


Sumber Artikel disini

THE King of Dangdut makin yakin jika dangdut akan Go International. Salah satu alasannya adalah sambutan positif dari penggemar di Amerika Serikat terhadap penampilan Soneta beberapa bulan lalu. Ditengah suasana membahagiakan itu, dalam waktu dekat Rhoma Irama berniat akan patenkan musik dangdut lebih dulu sebelum diakui negara lain. “Sengaja saya tak mengubah lagu saya ke dalam bahasa Inggris saat tampil di Amerika,” katanya. Maklumlah Bang Haji melihat banyaknya pencaplokan hasil karya budaya di dunia internasional. Beliau tak ingin itu terjadi terhadap musik dangdut. “Saya yakin dangdut bisa go international dengan musiknya yang revolusioner” tandasnya. Ditambahkan, inilah saatnya musik Indonesia merambah ke manca negara dan Rhoma Irama bersama Soneta yang menjadi pembuka jalannya. Bagaimana hasilnya, kita doakan saja!

Konser silam 20 Agustus 2001


Rhoma Irama & Soneta “Menggoyang” Tasik

Sumber berita www.angelfire.com

“RAJA Dangdut” Rhoma Irama dengan grup Soneta-nya sukses memuaskan komunitas musik dangdut lewat pentasnya. Bukan hanya membikin penonton bergoyang, tapi sampai larut ikut nyanyi bareng. Konser yang berlangsung hari Minggu (19/8) kemarin di Stadion Dadaha Tasikmalaya itu, “dibajiri” 10 ribu orang lebih.

Nampak dari mereka yang nonton, bukan hanya kalangan anak muda yang sudah begitu akrab dengan lagu Begadang hingga Perjuangan dan Doa, tapi juga banyak terlihat para orangtua. Mungkin, itu dikarenakan lagu-lagu Rhoma Irama kini lebih mengarah kepada dakwah.

“Konser Amal untuk Kampanye Penanggulangan Bahaya Penyalahggunaan Narkoba” itu berlangsung selama dua jam lebih. Meski sudah berusia 54 tahun, namun suara emasnya masih tetap melantun hingga penonton dari kalangan tua dan muda ikut larut dalam lirik dan lagu-lagu yang dinyanyikannya.

“Kami berlima dari Singaparna sengaja menonton Rhoma Irama sebagai kecintaan saya pada lagu dan liriknya. Tentu saja lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Rhoma saya hapal, karena saya masih menyimpan koleksi kaset-kasetnya,” ujar Dede dan Jajang warga Singaparna Tasikmalaya.

Di atas panggung yang berukuran belasan meter dengan peralatan sound system bersuara kuat itu, Rhoma bersama grup Soneta plus empat wanita cantik yang tergabung dalam Soneta Femina, menyanyikan sebanyak 15 lagu hits-ny yang semuanya karya cipta Rhoma Irama.

Sejak lagu pembuka hingga akhir, lewat konser dengan harga tiket Rp 10 ribu, “Raja Dangdut” kelahiran Tasikmalaya 11 Desember 1947 itu di sela-sela lagi bersenandung langsung berdakwah. “Untuk menjalankan roda pembangunan saat ini, kita harus menjalin persatuan dan kesatuan,” ajak Rhoma seraya mengutip sebuah ayat Al-Qur’an.

Lagu lama hingga lagu yang baru seperti lagu yang berjudul Perjuangan dan Doa, Reformasi, Euforia, ikut menambah semaraknya konser amal tersebut. Bahkan saat lagu Reformasi dinyanyikan, penonton langsung mengikuti lirik yang dinyanyikannya hingga bergoyang kemudian disusul lagu Narkoba, Gulali Dunia, Malam Terkhir dan lagu hits lainnya.

Konser Rhoma di Tasikmalaya ini adalah sebuah kebanggaan karena selama ini Rhoma bersama Soneta-nya dapat dipastikan tidak melakukan konser sejak bergulirnya reformasi. Diusia senjanya, ia lebih menggeluti berceramah di mesjid-mesjid, kadang muncul juga di acara televisi terutama menjelang bulan puasa.

Dalam karir musiknya, Rhoma Irama diakui oleh semua kalangan sebagai pembuat revolusi musik dangdut karena revolusi pimpinan grup Soneta ini merombak dari segi lirik dan juga aransemennya. Semula musik dangdut atau melayu identik dengan nina bobo, mendayu-dayu, kepedihan dan ratapan diubahnya menjadi lirik yang optimis dan dinamis.

Dari kepiawaiannya, Rhoma dengan dukungan grup Soneta, lahirlah beberapa album yang sempat menghebohkan penggemar dangdut Indonesia. Seperti album Super Top Hit Soneta, berisi 12 lagu (1976), Perjuangan dan Doa berisi 10 lagu (1976), Keramat berisi 12 lagu (1976), Begadang I dan II, berisi 17 lagu, Camellia, berisi 10 lagu (1977), Darah Muda berisi 17 lagu (1978).

Sampai th. 1990-an peminat irama dangdut yang didendangkan Rhoma kian semarak, apalagi Rhoma Irama sampai bisa konser di Jepang dan negara tetangga. Bahkan tidak hanya berkiprah dalam musik saja, Rhoma pun memproduksi film layar lebar seperti Satria Bergitar, Nada dan Dakwah, hingga Begadang.

Tasik Asli

Sebenarnya, nama Rhoma Irama atau biasa disebut Oma bagi orang Tasikmalaya suatu kebanggaan karena dialah putra terbaik dalam kiprah dangdut asal Kota Santri ini. Namun, kalau melihat sejarahnya, seperti dituturkan sepupunya, Jono penduduk kampung Sambongpari Kec. Mangkubumi, hubungannya Oma dengan Tasikmalaya adalah hanya tempat lahir saja.

Karena menurutnya, setelah lahir Oma oleh orangtuanya (alm) Raden Burdah (keturunan Sukaraja) dan ibunya, Hj. Tuti Juariah dibawa ke Jakarta. “Jadi masa kecil Oma lebih banyak dihabiskan di Jakarta begitu juga masa remaja dan dewasanya,” tutur Jono ketika dihubungi di rumahnya di Tasik kemarin.

Sejak dilahirkan, Oma dibawa orangtuanya. Begitu juga ketika usia sekolah. “Dari mulai SD, SMP dan SMA, Oma hampir dipastikan jarang datang ke kampung halamannya dan juga saudara-sudaranya di Tasik,” ungkap Jono.

Namun sekitar th. 1965, ketika itu Oma duduk di bangku kelas dua SMA, sempat berminat untuk meneruskan pendidikannya di Tasikmalaya. “Ketika itu Oma mengemukakan keinginannya ke orangtuanya tentang minatnya untuk sekolah di Tasikmalaya. Dan ia pun diizinkannya. Untuk sementara Oma ketika itu tinggal di rumah saudaranya di Sambong Pari,” ungkap Jono bercerita.

Menurut Jono, ketika tinggal di rumah ibunya, yang paling berkesan dari Oma adalah selalu merapihkan rambut ikalnya dengan sisir tanpa kenal waktu. Bahkan malam hari, ia selalu bercermin dan terus mengotak-atik rambutnya. (Yedi S/“PR”)***

Rhoma Irama Menuju Revolusi Dangdut Jilid II


Suasana menjelang Ramadan 1429 H ternyata membangkitkan semangat baru bagi Raden Haji Oma Irama. Ia terkesan sekonyong-konyong merilis dua lagu terbaru versi bahasa India bertajuk “Jana-jana” dan “Syahdu”.

Namun ia tak sendirian, karena didampingi duet dengan artis penyanyi Malaysia, Toh Puan Noor, yang populer sebagai TP Noor di negeri jiran.
Tiga tahun tanpa lagu baru membuat kalangan penggemarnya percaya Rhoma sungguh sudah marah besar kepada kejahatan pembajakan hak cipta yang sangat merugikan.
“Saya jadi tidak bisa kerja, karena kalau setiap album merugi, bagaimana bisa saya tulus bekerja? Belum lagi launching, sudah dibajak,” keluhnya sedih.
Setelah ini, ia pun masih kelihatan ragu buat memaksimalisasi spirit berkarya di industri rekaman. Kalaupun sekarang ia setuju merekam dua lagu barunya ini untuk diperjualbelikan, lantaran tujuannya adalah buat beramal.
Ya, peluncuran dua lagu ini adalah bagian kerja sama dengan Persatuan Bencana Alam Nasional Kedah, Malaysia dan Falcon. Proses perekaman dilakukan di Mumbai, India dan Kuala Lumpur, Malaysia. Lalu, secara spesial, pengerjaan video klipnya diadakan di wilayah Rajhastan, India beberapa bulan lalu.
“Harapan saya, musik dangdut bisa semakin melebar dan menyatu dengan segala bangsa di dunia,” ujar Rhoma.
Ia pun bersyukur bahwasanya kini sudah ada penyanyi Afro-Amerika yang menyeriusi dangdut. Dia adalah Ariel yang kini kian sibuk memproduksi lagu dangdut di negeri adikuasa dengan arahan produser Rissa Asnan. Saat peluncuran “Jana-jana” dan “Syahdu”, si Hitam Manis ini menyumbang suara dan disambut meriah para hadirin.
“Kenapa kali ini lagu saya tidak berbahasa Indonesia, sebab ini menjadi bagian awalan saya untuk pada saatnya nanti mendengar ada Dangdut Amerika, Dangdut Malaysia, Dangdut India dan lain sebagainya,” harap Rhoma.
Untuk alasan mengapa ia berkenan memilih pasangan duet dengan biduanita Malaysia, Rhoma mengaku ini dijadikannya juga sebagai jembatan mempererat persahabatan antara Indonesia dan Malaysia.
“Sementara ini hubungan kita yang kurang mesra bisa disterilisasi dengan lagu-lagu dangdut ini,” ungkapnya.

Diskusi Dangdut
Pada kesempatan itu, Rhoma juag menyempatkan diri untuk berdiskusi ihwal musik dangdut yang di negerinya sendiri mulai berkurang kesaktiannya di mata industri.
Ada tiga penyebab, menurut Rhoma, yang membuat musik dangdut kini memudar kilapannya. Persoalan awal mungkin ada titik jenuh lantaran kiprahnya yang terlalu diekspos nyaris setiap jam dan setiap hari sejak 1970-an di layar televisi dan panggung-panggung rakyat.
Penyebab kedua adalah faktor kesulitan ekonomi yang kian melilit bangsa ini. “Saya pikir, musik pop juga nanti akan menemui persoalan sama seperti yang dihadapi dangdut pada saat ini,” diingatkan Rhoma.
Faktor ketiga adalah dangdut yang diminati dan disukai kalangan masyarakat bawah, yang seperti diketahui adalah rata-rata masyarakat religius sudah sangat terganggu dengan performa pornoaksi yang dilakukan oleh beberapa perempuan penyanyi muda.
“Saya kini berpikir untuk melakukan revolusi dangdut jilid kedua yang something new. Kelanjutan dari dangdut yang bisa bersejajar rock seperti ketika saya rintis di era tahun 1970-an,” papar Rhoma.

Launching Lagu Jana-Jana Dan Syahdu Versi India


berita dari rajadangdut.com

Raja Dangdut Rhoma Irama menghangat jagat musik dangdut di bulan puasa dengan merilis album kompilasi berbahasa India. “Ini menjawab permintaan yang banyak dari penggemar selama ini yang tidak sabar menunggu,” kata Bang Haji di Cuisine Of India, Jakarta, Rabu (27/8) malam.

Bang Haji tidak sendiri, dia menggaet Toh Puan Noor dari Malaysia dengan dukungan Bank Penanggulangan Bencana (PBANK) Kedah. Di Indonesia, album dengan gubahan lagu Syahdu dan Jana-jana karya Bang Haji dalam bahasa India itu diedarkan PT Falcon Interactive dalam bentuk RBT.

Menurut Si Raja Dangdut, dengan lagu berbahasa India ini dia ingin bernostalgia sekaligus berharap dapat mengingatkan para pencinta musik tentang akar musik dangdut. “Ini sekaligus mengurangi kerinduan saya dan untuk nostalgia juga,” katanya. Pada kesempatan itu, Bang Haji sempat menampilkan aksinya bersama TP Noor.

“Walaupun kurang sempurna karena bukan bahasa sehari-hari, saya merasa puas dan bersyukur. Pengucapan liriknya memang tidak mudah, karena seperti bahasa Arab yang memiliki panjang pendek dan dengung dengan arti tertentu,” tambahnya. Kendati begitu, Rhoma berharap agar orang India yang mendengar tak menyangka penyanyinya orang Indonesia atau Malaysia.

Gelar acara sejak awal diwarnai nuansa India. Para tamu undangan mendapat cap warna merah di kening. Puluhan wartawan media cetak dan elektronik juga menikmati sajian makanan ala India. Selain Bang Haji, Dawiah Elvy Sukaesih membawakan acara. Tampil juga penyanyi dangdut dari Amerika.

Antara Lailatul Qadar Dengan Nuzullul Quran


Sumber  dari rajadangdut.com

Menyambut Nuzullul Quran pada 17 Ramadhan sebagai peristiwa pertama kali wahyu Allah Al Quran disampaikan kepada Nabi Muhammad, Raja Dangdut Rhoma Irama memberi penjelasan.

“Ada perbedaan antara Nuzullul Quran dengan Malam Lailatul Qadar,” kata Bang Haji. Malam Lailatul Qodar lanjutnya, merupakan diturunkannya secara lengkap Al Quran dengan 30 juz, 144 surat dan 6666 ayat dari Lauh Mahfudz (Kitab yang terjaga) dan dibawa ke Bait-Al Izza (rumah kemulyaan).

“Allah telah menjanjikan melalui firman-Nya untuk menjaga Al Quran hingga akhir jaman,” kata Rhoma Irama. Oleh karena itu, kitab Al Quran yang sampai kepada kita, sama dengan yang diterima umat terdahulu. Ini katanya, berbeda dengan kitab dari agama lain. Peristiwa malam Lailatul Qadar sendiri tidak diketahui tanggalnya secara pasti.

Sedangkan Peristiwa Nuzullul Quran menurut Rhoma, merupakan saat pertama Nabi Muhammad menerima wahyu berupa ayat Alqurâ��an (Iqraâ��) atau Surat Al-Alaq. “Nuzullul Quran selalu diperingati setiap 17 Ramadhan,” kata Bang Haji.

Ucapan Bang Haji


berita sumber dari rajadangdut.com

Selamat menjalankan ibadah puasa! Sedikit terlambat memang Bang Haji menyampaikan ucapan menyambut Ramadhan 1429 H ini. Namun Begitu Rhoma Irama menjelaskan keuntungan bagi umat Islam yang berpuasa di bulan ini. “Setiap amal kebaikan kita dilipatgandakan 70 kali dari biasanya,” kata Rhoma, Selasa (2/9).

Menurut Bang Haji, masih banyak keuntungan lain bagi umat Islam. Yakni kehadiran malam Lailatul Qadar. “Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan,” ucap Bang Haji lagi. Alhasil, Ramadahan selalu membawa berkah bagi umat yang menjalankannya.

Dijelaskan pula, berkah yang diperoleh sepanjang 10 hari pertama Ramadhan adalah Rahmat atau pahala bagi yang melaksanakannya dengan baik. Sedangkan 10 malam kedua merupakan Maghfiroh atau ampunan dan 10 malam terakhir merupakan jaminan Allah bagi yang melaksanakannya untuk tidak mendapatkan siksa api neraka.

Silaturahmi dengan PAMMI


Berita sumber dari rajadangdut.com

Menurut rencana, Rhoma Irama bersama Soneta dan Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) akan bersilaturrahmi di bulan Ramadhan ini. “Insya Allah kita akan berbuka puasa bersama, sambil dilakukan pelepasan oleh PAMMI atas rencana keberangkatan Soneta ke Amerika Serikat (AS),” kata Rhoma Irama.

Keberangkat Rhoma dan Soneta ke AS dikatakan membawa misi mengembangkan sayap musik dangdut di manca negara. “Salah satunya saya akan meresmikan organisasi musik dangdut di sana,” katanya. Selain penampilan Soneta di sejumlah universitas, Rhoma juga akan berbicara seputar dinamika dan perjuangan musik dangdut di AS.

Maklumlah, ternyata musik dangdut telah dipelajari di kampus-kampus mancanegara, termasuk Universitas Pitsburg maupun Ohio. Kedatangan ini merupakan undangan 3 universitas di AS yang bahkan telah memintanya datang sejak Juni lalu. “Daripada 2 atau 3 kali jalan, kita sekaligus aja pada 8 Oktober habis lebaran nanti kita ke AS,” kata Bang Haji lagi.